Selasa, 05 Februari 2013


Satu Tewas dan 14 Luka-luka

yety/gomong.com. Satu orang tewas dan sekitar 14 korban luka-luka dalam peristiwa bentrokan warga dua desa di Kecamatan Woha, sejak siang hingga sore tadi.
* Bentrokan Warga Kalampa dengan Dadibou Jilid II
BIMA, GOMONG.COM – Ini sisi lain pemberitaan dari peristiwa bentrokan antarwarga Desa Dadibou, dengan warga Desa Kalampa, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, tadi siang. Akibat kejadian itu, satu orang tewas dan 14 luka-luka.
Peristiwa bentrokan warga Dadibou “dibantu” beberapa desa lain dengan warga Kalampa dan Samili berlangsung sekitar pukul 14.00 Wita.
Korban tewas, Karman (30), warga Desa Samili. Dia diduga diterjang timah panas senjata api (Senpi) pada bagian jidatnya.
Informasi diperoleh koran ini, bentrokan warga di perbatasan dua desa (Dadibou dan Kalampa), dipicu kasus pemukulan siswa asal Dadibou. Pelakunya diduga oknum warga Kalampa.
Saat itu, siswa asal Dadibou yang pulang sekolah dihadang oknum warga Desa Kalampa yang disebut-sebut baru menenggak minuman keras. Siswa dari Dadibou itu dipukul menggunakan batu, sehingga kepalanya berdarah. Kondisi itu, membuat siswa perempuan berteriak histeris dan lari berhamburan.
Mendengar ada teriakan histeris dari siswa itu, warga Dadibou melakukan penyerangan ke Desa Kalampa. Perang terbuka dari dua kelompok warga di perbatasan desa pun terelakkan.
Akibat bentrokan tersebut, tercatat sembilan warga Samili dan Kalampa mengalami luka-luka terkena panah. Mereka sempat dibawa ke Puskesmas Woha untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara dari kubu warga Dadibou, tercatat lima warga menderita luka-luka, juga akibat terkena panah.
Kesembilan orang warga Kalampa dan Dadibou yang terluka itu, diantaranya, Tasrif (44), terkena panah pada paha kiri, Ramli (25), terluka pada lengan kanan dan kiri, A Bakar (35), terluka pada tungkai kaki kanan, dan A Bakar (40), terluka pada pahan kanan. Semuanya dari Samili. Satu korban luka lagi dari Kalampa, yakni Muhtar (30) yang terluka pada kaki kanannya.
Dari sembilan warga Samili dan Kalampa yang menderita luka-luka tersebut, tiga orang pulang paksa. Sedangkan enam orang lainnya berobat lanjut di RSUD Bima. Karena kondisi luka mereka pada bagian dada, punggung dan lain cukup parah.
Keenam orang yang dirujuk ke RSUD Bima, Gunawan (25) warga Desa Keli, Nanang (23) warga Samili, Ramli (25) warga Desa Samili, A Haris (30) warga Samili, Muhtar (30) warga Kalampa dan Kamal (25) asal Desa Samili.
“Kita sudah berikan pertolongan medis di Puskesmas Woha. Untuk korban yang kondisi lukanya cukup parah, kita rujuk ke RSUD Bima,” kata Kasubag TU Puskesmas Woha, Mahfud, pada wartawan sore tadi.
Belum diperoleh data lengkap, para korban luka dari Desa Dadibou. Namun sumber warga setempat membenarkan sekitar lima warga Dadibou dan Risa mengalami luka-luka karena terkena panah.
Selain 14 warga yang mengalami luka, satu warga Desa Samili atas nama Karman (30)meninggal dunia. Dia diduga terkena peluru senpi belum diketahui pasti senpi rakitan atau organik. Korban tewas di tempat setelah peluru yang mengenai jidatnya menembus batok kepalanya.
Hingga malam ini, mayat korban masih disemayamkan di Kamar Jenazah RSUD Bima untuk dilakukan otopsi. Kabarnya, proyektil peluru yang menjadi penyebat hilang nyawa korban masih bersarang di kepalanya.
Setelah ada korban jiwa dari bentrokan itu, dua kubu warga sama-sama mundur ke wilayah masing-masing. Kebetulan juga saat itu wilayah Dadibou dan sakitarnya diguyur hujan lebat.
Waka Polres Bima Kabupaten, Kompol Sarapudin SH kepada wartawan membenarkan adanya sejumlah warga terluka akibat bentrokan fisik antara dua kelompok warga. “Saya sempat melihat ada beberapa warga yang terluka, bahkan panahnya masih menancap di kaki mereka. Jumlah korban yang luka belum kita ketahui pasti, masih diidentifikasi,” katanya.
Disinggung adanya korban luka tembak, dia belum bisa memastikannya. “Kita belum tahu ada korban meninggal kena tembakan,” kilahnya.
Dijelaskan, bentrokan antara kelompok warga Dadibou dengan Kalampa dan Samili, bukan lanjutan dari kasus pembakaran rumah warga Godo sebelumnya. Tapi, dipicu kerusuhan siswa di SMAN 2 Woha sekitar pukul 13.00 Wita.
“Saat ini kita upayakan pendekatan terhadap dua kelompok warga agar tidak lagi terlibat bentrok fisik. Karena medannya cukup luas, kita cukup kesulitan, apalagi warga yang bentrok ini menyebar,” akunya.
yety/gomong.com. Personel TNI pun diturunkan untuk ikut mengamankan bentrokan warga dua desa.
Untuk membantu pengamanan di lokasi bentrok, Polres Bima Kabupaten telah mengerahkan satu kompi pasukan Brimob dari Mataram, Lombok Timur dan Lombok Tengah. “Kalau masih dibutuhkan, kita akan tambah pasukan untuk mengamankan dua wilayah ini,” terangnya.
Dalam pengamanan ini polisi dibantu anggota TNI dari Kodim 1608 Bima maupun Kompi Senapan A Bima. “Soal tindakan tegas untuk menghentikan bentrokan antarwarga ini, kita akan melihat perkembangan situasi di lapangan,” ujarnya.
Untuk saat ini, polisi masih mengedepankan pendekatan secara persuasif, menghalau dua kelompok warga untuk tidak terlibat kontak fisik secara langsung. “Sebenarnya, sudah tercapai beberapa kesepakatan damai dengan warga dua kubu sebelumnya. Tapi tiba-tiba meletus kerusuhan siswa,” sesalnya.
Pantauan koran ini, bentrokan warga dua desa itu terjadi di areal persawahan, wilayah perbatasan Dadibou dengan Kalampa. Mereka tidak hanya menggunakan senjata tajam berupa parang, tombak dan lainnya, tapi juga menggunakan panah bahkan senjata api (Senpi) rakitan.
Saat masuk melalui wilayah Desa Samili dan Kalampa, sepanjang jalan, warga dua desa telah siaga penuh dengan senjata tajam dan senjata lain di tangan. Mereka berdiri bergerombol di beberapa titik, mengantisipasi bentrokan itu meluas dan memasuki wilayah pemukiman warga.
Sementara dari arah Desa Dadibou, sejumlah anggota Brimob bersenjata lengkap. Begitu pula dengan anggota TNI dari Kodim 1608 Bima berada di tengah-tengah sawah, menghalau warga untuk tidak lagi terlibat bentrok. (yety/won)